Rabu, 06 Juli 2011

Sejumlah Siswa Memilih Putus Sekolah Kalau Tidak Diterima di Sekolah Negeri


Pulomerak, – Sejumlah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari keluarga ekonomi kebawah yang ingin melanjutkan pendidikan ketingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA) mengaku lebih memilih putus sekolah apabila tidak diterima pada salah satu sekolah Negeri yang ada di Kota Cilegon. Diantarnya banyak beralasan, disebabkan oleh keadaan ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan apabila mereka melanjutkan pendidikan di sekolah swasta.
Nita salah seorang siswi lulusan Madrasah Tsanawiyah  Negeri (MTsN) di Kota Cilegon mengungkapkan keluhannya kepada Banten Pos, Kamis (30/6). Dia mengatakan, apabila tahun ini tidak diterima di sekolah SMA Negeri, dia memutuskan untuk berdiam diri dirumah dan tidak melanjutkan pendidikan disekolah yang berstatus swasta.
Itu dilakukan karena ayahnya selama lima bulan terakhir tidak bekerja. Sehingga terpaksa dia tidak melanjutkan sekolah. Ketika dia meminta melanjutkan sekolah ketempat lain, kalau dia tidak diterima disekolah negeri,  orangtuanya malah memarahinya apabila melanjutkan pendidikan disekolah swasta . “Dalam hati saya sih pingin sekali sekolah, tapi kalau sudah tidak boleh gitu bagimana,” ujarnya berkaca-kaca.
Senada dikatakan, Hidayatullah lulusan SMP disalah satu sekolah di Kota Cilegon. Tahun ini, dia memastikan tidak bersekolah karena tidak mungkin masuk kesekolah yang berstatus negeri dengan nilai yang sangat minim. Nilai yang didapatnya pada lulusan tahun ini hanya sebesar 26,75.
Menurutnya, nilai sebesar itu tidak mungkin untuk masuk kesekolah Negeri yang mematok nem lumayan tinggi. Biaya sekolah gratis yang dia harapkan tidak mungkin dia dapatkan. “Gimana mau masuk, nemnya juga kecil,” ungkapnya.
Ketika disinggung kenapa tidak masuk sekolah swasta, dia mengungkapkan, orangtuanya tidak mengizinkan kalau dia melanjutkan pendidikan kesekolah swasta. Itu dikarenakan penghasilan orangtunya hanya sebagai buruh dan membuka warung kecil-kecilan. “ya sudahlah, paling ikut kuli aja sama bapak,” ujarnya.  
Terpisah, Sekretaris Muhamamdiyah Kota Cilegon Bayu Panatagama ketika dimintai komentarnya mengenai hal itu, mengatakan, kurangnya kesadaran para orangtua akan pentingnya pendidikan untuk masa depan anak mereka masi sangat kurang. Terlalu terlenanya dengan sekolah gratis yang dicanangkan Pemkot Cilegon membuat mereka enggan mengelurakan sedikit uang untuk biaya pendidikan disekolah swasta.
Padahal Pemkot Cilegon melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) lanjutnya, sangat mendukung kegiatan pendidikan di Kota Cilegon dengan meringankan biaya pendidikan di sekolah swasta. “Sifat seperti itu sudah membudaya pada masayrakat kita, kalau anaknya minta motor, sampai mati-matian nyari uang buat beli, tapi kalau buat pendidikan pelitnya minta ampun,” ujarnya miris.
Bayu menambahkan, kesadaran orangtua terhadap perlunya pendidikan sudah harus dimunculkan sejak dini. Hal itu dilakukan agar tidak ada lagi warga kota Cilegon yang putus sekolah. “Sangat disayangkan kalau warga Kota Cilegon tidak mempunyai pendidikan. Itu merupakan tugas pemerintah bagaimana caranya menghilangkan stigma tidak peduli terhadap pendidikan,” pungkasnya. (CR-1)     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar