Jumat, 08 Juli 2011

Sukroni Kasubid Swadaya Masyarakat & Kelembagaan Masyarakat, BPMKP Cilegon Sambil Kuliah Menjadi pemborong Duren, Hingga Tomat


Terlahir dari keluarga petani tidak membuat Sukroni putus semangat untuk belajar. Orangtua yang selalu mendukung dunia pendidikan, membuatnya termotivasi untuk terus melanjutkan kuliah.

USMAN  – CILEGON

Saat Banten Pos datang, Sukroni terlihat sibuk menerima tamu yang berada diruangannya. Nampak lambaian tangan Sukroni sebagai tanda menghargai wartawan koran ini yang hendak menghampirinya. Sekitar lima menit berselang, Sukroni datang menghampiri Banten Pos yang sedang menunggu diruang tamu tempatnya bekerja.
Pada ruang tamu itu, terdapat sebuah televisi berukuran 24 inc yang menayangkan sebuah acara selebriti, itu cukup menghilangkan jenuh wartawan Koran ini selama menunggu. “Maaf nih lama menunggu, ada yang bisa dibantu,” ujar Sukroni menghampiri sambil menjabat tangan.
Tidak lama berselang, dia pun mulai bercerita. Sukroni dilahirkan dari keluarga petani di Lingkungan Kamasan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang. pria kelahiran Serang 15 juli 1964 ini bangga dan terharu apabila melihat perjuangan kedua orangtuanya memeras keringat untuk menyekolahkan keempat anaknya hingga lulusan sarjana. Sukroni sendiri anak bungsu dari empat bersaudara.
Ayah bernama Alm Rasman dan Ibu bernama Rasnawah, mendapatkan penghasilan dari hasil tani cengkeh dan hasil bumi lainnya. Dia tidak menyangka, walaupun hanya sebagai seorang petani yang hanya mendapatkan penghasilan selama musim panen, ternyata orangtuanya dapat mendidik anaknya hingga lulus perguruan tinggi.
Motivasi yang selalu diluncurkan orangtuanya, dia mengatakan, menuntut ilmu itu jauh lebih penting dibandingkan bekerja terlebih dahulu apalagi bermalas-malasan. “Mungkin orangtua saya mempunyai cita-cita, kalau anaknya agar tidak meniru mereka jadi petani,” tuturnya.
   Pria ini tinggal bersama istri Lutfiyah dan kedua anaknya Wilda Madyafitrur dan Gillin Gafura di perumahan Griya Praja Mandiri, blok E, nomor 6.
 Selama menuntut ilmu di Pondok Pesantren (Ponpes) Cipure, di Kabupaten Serang, Sukroni tidak dipernankan bermalas-malasan walaupun pada saat liburan seklah berada dirumah. Dia hanya diperkenankan berlama-lama dirumah oleh orangtunya minimal selama tiga hari saja. Itu dilakukan orangtunya agar tidak terbiasa berada dirumah dengan berleha-leha. “Orangtua saya menyuruh saya mending berada di asrama, soalnya kalau di asrama banyak kegiatan yang lebih bermanfaat,” ungkapnya.
Tiga tahun berselang, Sukroni lulus dari Ponpes, kemudian, dia melanjutkan kuliah di YAIN Sunan Gunung Jati Bandung yang sekarang berganti nama Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung, dimana Walikota Cilegon Tb Iman Ariyadi juga pernah menuntut ilmu di fakultas tersebut.
 Beberapa semester berselang, jiwa kewirausahaannya timbul setelah melihat teman sekampungnya mendapatkan penghasilan dari hasil menjadi pemborong duren. Dari situlah dia mulai menjajal menjadi pemborong duren sambil berkuliah. Tidak disangka usahanya itu berjalan hingga dia dipercaya untuk menyetok persediaan pembuatan dodol duren digarut. “Alhamdulilah, dengan usaha itu biaya kuliah sedikit tidak merepotkan orangtua,” ujarnya.
Semakin hari usahanya semakin berkembang. Bukan hanya duren, dia pun dipercaya untuk menjadi distributor pengiriman tomat pada agen-agen tomat disekitar tempat kuliahnya. Kegiatan itu dilakoni hingga dia lulus mendapat gelar sarjana. “Saya sampe dikatain, sarjana juragan duren,” ucapnya sambil tertawa lebar. (*)……………………..

   
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar