Senin, 11 Juli 2011

Rambut Dikucir, Dot Bayi Digantung


CILEGON, - Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Cilegon  tidak mengizinkan kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) dengan kegiatan yang tidak mendidik seperti kostum yang tidak wajar layak seorang pelajar. Walikota Cilegon Tb Iman Ariyadi juga melarang kegaiatan yang bernuansa perpeloncoan itu. Namun dalam pelaksanaannya, hari pertama MOS, Senin (11/7) kemarin, hampir semua sekolah tidak menuruti seruan itu.
Pantauan Banten Pos di sejumlah sekolah SMP dan SMA yang ada di kota tersebut, siswa yang mengikuti MOS seluruhnya mengenakan berbagai aksesoris yang tentu saja tidak sesuai dengan semangat Walikota dan Kadindik Kota Cilegon. Meski demikian, tidak ada teguran dari pihak sekolah.
Siswa terlihat berdandan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan panitia. Mulai dari memakai kaos kaki beda warna, tas dari karung goni, hingga ada yang memakai kaleng bekas susu yang diikatkan di pinggang sebagai lonceng pertanda peserta. Bukan hanya itu, siswa juga dibebani berbagai kewajiban seperti haru membawa sejumlah makanan yang ukuran dan jenisnya dutentukan panitia.
Sekretaris Muhamadiyah Kota Cilegon, Bayu Panatagama ketika dimintai komentarnya menyatakan, kegiatan semacam itu merupakan kegiatan yang tidak mencerminkan daya intelektual siswa. Kegiatan itu malah seperti mempecundangi siswa baru agar terlihat lemah dari berbagai sisi termasuk penampilannya.
Seharusnya, kata Bayu, hal semacam itu sudah dihilangkan dari budaya pendidikan khususnya di Cilegon. Menurutnya, akan lebih baik jika siswa berpenampilan rapih dalam kegiatan orientasi itu. “Aksesoris yang dipakai itu tidak mencerminkan sebagai pelajar, tapi seperti gembel,” ujarnya.
Bayu menegaskan, budaya MOS seperti itu akan berdampak balas dendam siswa dikemudian hari terhadap adik kelasnya suatu saat nanti. Seharusnya, kata dia, guru membimbing panitia benar-benar memperkenalkan Widya Mandala Sekolah (pengenalan sekolah, red) kepada siswa baru. “Kegiatan MOS kan sebenarnya kegiatan perkenalan siswa dengan lingkungan barunya, tentu harus ada kesan yang baik,” tegasnya.
Bayu menambahkan, kegiatan yang terus berulang-ulang itu tidak ada manfaatnya. Itu membuktikan bahwa bimbingan guru terhadap Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sangat lemah. Para guru meyerahkan kegiatan MOS itu kepada OSIS, tanpa menyaring terlebih dahulu kegiatan apa yang akan dilaksanakan.
Sebab itu, lanjutnya, Ikatan OSIS harus dibentuk di Cilegon, guna memberikan wawasan kepada OSIS tiap sekolah, sehingga kegiatan MOS tidak percuma. “Ikatan OSIS dulu pernah dibentuk, tapi sekarang tidak ada kabarnya lagi,” pungkasnya.
Rizal, salah seorang siswa baru di SMA Negeri 1 Cilegon kepada Banten Pos mengaku tidak keberatan dengan kegiatan seperti itu. Remaja yang menggunakan dot bayi dan rombe-rombe tersebut menganggap bahwa itu adalah hal yang biasa. “Sudah biasa Mas, jadi saya sih ikut saja,” pungkasnya.(MAN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar